Kamis, 25 September 2014

RINDU-RINDUAN




Kaki, ia adalah kaki yang akan membawa tubuh berlari mencari makna mimpi pun kata yang selama ini dicari. Kata yang mengawang di angan-angan sulit terpecahkan. Sajak di ujung senja terkadang mampu membuat hati sedikit lega, ada wanita dan lelaki saling mengendap rindunya dalam diam. Diam yang tak berpenghujung, hanya perpisahan atau bersatu pilihannya.

  Sekarang atau esok adalah pilihan, pilihan untuk hidup yang seperti ini atau lebih baik lagi. Hati dan mulut tak bisa selamanya meminta, harusnya tahu diri sejauh mana pengorbanan untuk mencapai cita.
 
Menuju pagi yang dingin sedikit orang yang ingin melepaskan selimut yang melekat di badannya, karena selimutlah tubuh semalaman tak digerogoti dingin. Mungkin ini semacam rindu. Terdengar sedikit tabu, namun rindu laksana udara dan air. Rindu itu tak nampak, namun kehadirannya ada dan terasa. Banyak yang ingin diungkapkan, namun seringnya sulit untuk dibicarakan. Keterbatasan nyali dan kosa kata, namun tidak untuk rindu. Ia mampu membuat imaji menari.

Selalu ada pembahasan untuk sebuah resah dan rindu.

Sejatinya seorang wanita dan lelaki saling berdialog, berdialog dalam diam, dalam rindu yang menyelinap di relung-relung malam yang hening. Keduanya saling berbisik mesra, bahwa mereka saling merindu namun keduanya malu. 

Semestinya mereka tahu bahwa rindu adalah proses kreatif, dengannya mereka bisa tahu apa itu cinta nan arif.



Yogyakarta, 25 september 2014