Awal bulan April kali ini aku mulai membacakan sajak Sang
penyair ternama Chairil Anwar, aku baru faham mengapa Hafsah istri Charil
memutuskan untuk bercerai dengan-Nya. Padahal sang jagoan kecil mereka yang
bernama EVAWANI telah lahir ke bumi pertiwi ini. Pantaslah Hafsah merasa
cemburu akan-Nya, Chairil yang banyak digandrungi banyak wanita kala itu
membuat hati istri-Nya memanas ditambah pekerjaannya yang tidak jelas kesana
kemari, menjadi penyair, mulai menua dan sakit-sakitan. Salah satu syair
Chairil yang sudah tak asing lagi:
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku merdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku mengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah
Sejatinya manusia menanti, merindu, mencari. Dan kita ini
tengah berpijak di “jalan pulang” ... entah ini jalur yang benar atau salah. Di
kepala tergambar jelas apa kita, dimana kita, apa tujuan kita. Tapi semuanya
hanya melayang-layang seperti puzzle dengan bentuk-bentuk abstrak. Katanya malam
itu. Kemudian ia sesekali bertanya tentang impian menjelajah dunia, ia ingin
berkunjung ke Mesir, negri para nabi, negri seribu menara. Ke pantai
Alexandria. Ke Kanada, melihat pohon maple yang menua, daunnya jingga berguguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar